Cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Awal Mula Muncul Korban Idul Adha
Cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Awal Mula
Muncul Korban Idul Adha
Bagi umat Muslim memperingati hari raya Idul Adha sudah menjadi hal umum
yang pasti dilakukan pada setiap tahunnya. Pasalnya di waktu ini umat Muslim
akan berbondong-bondong untuk menyumbangkan hewan kurban sebagai salah satu
bentuk ibadahnya. Namun tahukah jika hari raya tersebut tidak luput dari cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail?
Dimana kedua orang yang memiliki keistimewaan dan dinobatkan menjadi Nabi
oleh Allah SWT guna menyebarkan agama Islam di seluruh masyarakat pada masa
itu. Memang inilah faktanya Hari Raya Idul Adha tidak luput dari kisah mereka.
Bahkan cerita Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail ini menjadi awal mula muncul korban di hari besar tersebut.
Mungkin sebagian orang sudah pernah mendengar kisahnya. Akan tetapi
apakah Anda sudah mengetahui bagaimana cerita secara keseluruhannya? Jika belum
jangan terlalu khawatir di cap sebagai Muslim KTP karena berikut ini adalah
penjelasan lengkapnya. Mari simak kisah yang menarik mengenai 2 Nabi umat Muslim
ini.
Beginilah Cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang
Mengawali Korban di Idul Adha
1. Ismail Sebagai Putra Pertama Nabi Ibrahim
Cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini diawali dari Nabi Ibrahim yang memiliki dua orang
istri yakni Siti Sarah dan Siti Hajar. Siti Hajar adalah istri keduanya yang lebih
dulu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ismail. Beberapa tahun setelah
kelahiran Ismail Siti Sarah belum melahirkan keturunan untuk Nabi Ibrahim
sehingga membuatnya bersedih.
Siti Sarah terus merasa terpuruk jika harus tinggal bersama Siti Hajar
dan Ismail karena merasa tidak mampu menjadi istri yang baik. Sampai pada waktu
itu Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk memindahkan Siti
Hajar dan Ismail yang masih kecil ke kota Mekkah.
2. Ismail Dan Siti Hajar Hidup di Padang Pasir
Perintah Allah SWT ini dituruti oleh Nabi Ibrahim yang kemudian mengajak
Siti Hajar dan Ismail ke kota Mekkah. Mereka tinggal di padang pasir kering dan
tandus dengan terik matahari yang begitu panas. Selain itu tak ada satupun
orang yang menetap disana sehingga hal tersebut membuat Siti Hajar cemas dan
sedih ketika Nabi Ibrahim akan meninggalkannya.
Sambil terus memohon Siti Hajar terus menangis dan memegang kuat-kuat
baju Nabi Ibrahim untuk meminta agar tidak ditinggalnya mengingat jika Ismail
memang juga masih kecil. Jangankan orang, bahkan binatang, pohon, dan air pun tidak ada yang
ditemui di tengah padang pasir tersebut. Inilah yang membuat Siti Hajar
khawatir dan cemas akan kondisi Ismail.
3. Perintah Dari Allah Agar Nabi Ibrahim Memindahkan
Ismail dan Hajar
Dalam cerita Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail ini Nabi Ibrahim tidak bisa berbuat apa-apa karena ini
merupakan perintah dari Tuhannya. Jadi Nabi Ibrahim tetap meninggalkan anak dan
istrinya di Mekkah. Kemudian Nabi Ibrahim pun kembali ke negeri Syam untuk
bersama dengan istri pertamanya yakni Siti Sarah.
Ketika dalam perjalanannya Nabi Ibrahim tidak bisa melihat anak dan
istrinya lagi kemudian dengan mantap menghadap Ka’bah ia berdoa kepada Allah
SWT untuk menjaga dan memberikan keselamatan bagi Siti hajar dan ismail.
4. Siti Hajar Tidak Memiliki Air Sehingga Tak
Mampu Menyusui Ismail
Sepeninggal Nabi Ibrahim, Siti Hajar langsung menyusui Ismail kecil yang
sudah kehausan. Dengan meminum bekal air minum yang dibawanya semuanya masih
baik-baik saja. Hingga cerita Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail berlanjut sampai suatu ketika Siti Hajar kehabisan
bekal air minumnya.
Di tengah teriknya sinar matahari Siti Hajar mengalami dehidrasi dan
kehausan parah sehingga ini mempengaruhi air susu yang dikeluarkan untuk
Ismail. Ia memandang Ismail dengan lesu karena anaknya tidak bisa meminum susu
dan meronta kehausan. Namun Siti Hajar tidak berdiam diri begitu saja, ia terus
berusaha mencari keberadaan air untuk bisa diminum.
Hajar terus berlari kesana kemari sampai ke bukit Shafa dan Marwah.
Dengan sekuat tenaga ia terus melangkahkan kakinya dan berharap menemukan
sesuatu yang bisa menolongnya. Akan tetapi hasilnya nihil dan hanya padang
pasir yang ditemuinya. Kemudian dari Bukit Shafa Siti Hajar melihat bayangan
air yang mengalir dari atas Bukit Marwah.
Kemudian kakinya berlari untuk mendekat, namun yang ditemuinya hanyalah
sekedar bayangan saja. Dalam cerita Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail dilanjutkan bahwa di titik inilah Siti Hajar
mendengar suara yang memanggilnya dari Bukit Shafa meskipun setelah sampai ia
tidak menemukan siapapun.
5. Munculnya Mata Air Zam-Zam dan Berubah
Menjadi Telaga
Hajar terus mendengar suara tersebut dan ternyata
mengarah pada tempat dimana Ismail kecil dibaringkan dalam keadaan menangis dan
meronta-ronta. Dalam tangisnya inilah Ismail menghentak-hentakkan kakinya ke
tanah dan secara tiba-tiba muncul air mata dengan debit melimpah dari hentakan
kaki kecil Ismail.
Melihat air mata tersebut Siti Hajar pun segera lari
untuk menampung air tersebut. Kemudian disebutlah air yang melimpah ruah itu
dengan nama Zam-Zam yang artinya berkumpul. Hati Siti Hajar sangat senang dan
langsung membasahi bibir putranya dengan air tersebut. Seketika Ismail kembali
segar.
Mata air yang keluar tersebut tidak bisa berhenti dan
kemudian menjadi sebuah telaga sampai saat ini. Bahkan jalan yang dilalui oleh
Siti Hajar dari Bukti Shafa ke Marwah dijadikan salah satu Rukun Haji yang
disebut dengan Sha’i.
6. Mimpi Nabi Ibrahim Untuk Menyembelih Ismail
Cerita Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail berlanjut ketika Ismail beranjak
dewasa. Sungguh Nabi Ibrahim sangat senang dan menyayangi putranya, namun semua
ini harus hilang ketika ia mendapatkan perintah melalui mimpinya untuk
menyembelih Ismail.
Pada awalnya Nabi Ibrahim sangat sedih mengetahui
mimpinya itu. Akan tetapi ia sadar bahwa memalui mimpinya ini menjadi cara yang
dilakukan oleh Allah SWT untuk menurunkan wahyu kepada Nabi.
7. Nabi Ibrahim Menyampaikan Mimpinya Kepada Ismail
Mengetahui perintah tersebut dalam cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
kemudian sang ayah atau Ibrahim tidak langsung memberitahukan kepada putranya.
Akan tetapi Nabi Ibrahim duduk termenung terlebih dahulu memikirkan betapa
berat ujian yang harus dihadapinya. Bayangkan saja setelah puluhan tahun
mendambakan kehadiran anak malah harus dijadikan qurban.
Parahnya lagi yang menyembelih adalah dirinya sendiri
yang notabene adalah ayah kandung dari ismail. Dengan berat hati Nabi Ibrahim
kemudian menyampaikan mimpinya kepada Ismail dan mendengar perkataan ayahnya
Ismail tanpa keraguan menyanggupi perintah Allah SWT.
8. Bersedianya Ismail Untuk Disembelih Ibrahim Namun
Diganti Kambing
Cerita Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail bergulir hingga pada akhirnya
proses penyembelihan itu akan dilakukan. Meskipun berkali-kali Nabi Ibrahim digoda
oleh iblis agar ingkar oleh perintah Allah SWT, namun tetap saja tidak
menggoyahkan hatinya. Dibaringkan Ismail dan diletakkan pedang tajam ke leher
Ismail.
Dengan diiringi air mata Nabi Ibrahim memandang wajah Ismail kemudian memejamkan mata untuk melakukannya. Namun tiba-tiba Malaikat Jibril mengangkat Ismail dan menggantikannya dengan kambing besar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina yang kemudian diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha. Cerita Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail berakhir.